Buku pertama karya eyang Pramoedya Ananta Toer yang saya beli adalah "Bukan Pasar Malam". Sebenarnya banyak sekali buku eyang Pram yang saya ingin beli. Bumi Manusia, Rumah Kaca, Arok Dedes dll. Hanya saja keuangan bulan ini kurang memadai.
Setelah membaca roman ini, saya mengagumi ideologi penulis yakni pramisme (haha) yaitu paham yang hanya berpihak pada keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun). Selengkapnya bisa dikunjungi alamat ini https://id.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer atau http://pelitaku.sabda.org/11_fakta_mengenai_pramoedya_ananta_toer dan http://profil.merdeka.com/indonesia/p/pramoedya-ananta-toer/.
Setelah membaca roman ini, saya mengagumi ideologi penulis yakni pramisme (haha) yaitu paham yang hanya berpihak pada keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.
Pramoedya Ananta Toer (lahir di Blora, Jawa Tengah, 6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta, 30 April 2006 pada umur 81 tahun). Selengkapnya bisa dikunjungi alamat ini https://id.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer atau http://pelitaku.sabda.org/11_fakta_mengenai_pramoedya_ananta_toer dan http://profil.merdeka.com/indonesia/p/pramoedya-ananta-toer/.
Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1951 dan pada tahun 1965 sempat dilarang beredar oleh pemerintah. Tokoh utama dalam kisah ini adalah 'Aku' yang tidak lain adalah eyang Pram sendiri. Eyang Pram menggambarkan kehidupan pasca kemerdekaan yang hanya memberikan keluasaan bagi pejabat pemerintah memperkaya diri sendiri tetapi masyarakat desa khususnya Blora tetaplah miskin dan terpinggirkan (Masih terjadi sampai saat ini).
Berikut alamat sinopsis dan analisa roman Bukan Pasar Malam: http://nur-baeti.blogspot.co.id/2014/06/analisis-novel-bukan-pasar-malam-karya.html dan http://senandungpelayaran.blogspot.co.id/2014/11/politik-dalam-roman-bukan-pasar-malam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar