Kamis, 26 November 2015

Harapan kosong

Malam ini adalah tepat untuk benar-benar mengikhlaskan kepergianmu 
Bukan dari genggaman tanganku tetapi sungguh dari dasar hatiku
Tidak kurang dari satu tahun lamanya aku masih berharap engkau untuk kembali
Bersama lewati hari
dan berakhirlah harapan itu dimalam ini

Satu hari, satu tahun yang lalu setelah engkau memutuskan untuk pergi; aku memintamu kembali
Satu bulan, setelah keputusanmu pergi; aku memintamu kembali 
Dua bulan, setelah engkau pergi; aku memintamu kembali
Tiga, empat, lima bulan, setelah engkau tidak lagi di sini; aku tetap memintamu kembali

Meski engkau terus menolak, aku tak pernah jera untuk memintamu kembali
Karena aku yakin engkau yang terbaik bagiku dan aku pun begitu untukmu

Hingga tiba malam ini, setelah aku tahu ada orang lain dihatimu
Aku perlahan mundur dari jalan pengaharapanku; jalan yang aku kira berujung dengan dirimu
Aku tak ragu mengubur harapan kosong itu ke dalam tanah sedalam lukaku; kan kuberi nisan atas namamu

Engkau wahai adindaku. Engkau tidak salah
Engkau benar dengan keputusanmu
Aku sendirilah yang menyulam harapan kosong itu
Aku rajut hararapan dari benang-benang ilusiku sendiri

Aku akan hentikan doaku sampai di-sini
Hilang sudah satu doa besarku  kepada Allah, untuk membawamu kembali kesisi-ku

Aku yakini ini adalah jawaban Allah atas doaku selama satu tahun ini
Engkau bukan jodoh-ku
Semoga engkau selalu bahagia dan begitu pula untukku

Terima kasih, Nurina
dan aku mohon maaf atas semua kesalahanku

Sabtu, 21 November 2015

Dwilogi Padang Bulan karya Andrea Hirata

    Ditulisan gue yang berjudul "Yang Berbahaya Dari Menurunnya Minat Baca adalah Meningkatnya Minat Berkomentar" terdapat enam buah buku yang harus gue baca sebelum tahun dua ribu lima belas benar-benar tutup usia. Salah satu dari enam buah buku tersebut yaitu Padang Bulan karya Andrea Hirata. Buku tersebut adalah buku pertama dari dwilogi Padang Bulan dengan judul buku kedua yaitu Cinta di Dalam Gelas.

    Ditulisan gue yang berjudul "Yang Berbahaya Dari Menurunnya Minat Baca adalah Meningkatnya Minat Berkomentar" gue berjanji untuk tidak membeli buku dulu karena akan menyebabkan menumpuknya buku yang belum gue baca. Setelah khatam membaca buku Padang Bulan, gue semakin tertarik akan kelanjutan kisah perjuangan cinta Ikal kepada A Ling. Strategi unik apalagi yang akan dilakukan Ikal untuk mendapatkan cinta pertamanya, A Ling.

     Rasa penasaran gue akan kelanjutan kisah haru-nya Enong atau Maryamah, Ikal, A Ling, dan detektif M. Nur tak lagi dapat dibendung dan silahkan salahkan-lah Pemerintahan Kota Bekasi karena memberi izin membangun Metropolitan Mall berada dijalan antara kosan gue di Cibitung Bekasi dan rumah orang tua gue di Jakarta sehingga tidak menyulitkan gue untuk mampir sebentar membeli buku kedua Dwilogi Padang Bulan, Cinta di Dalam Gelas sekaligus novel terbaru dari eyang Sapardi Djoko Damono, Suti. Selamat membaca ;)

Jumat, 20 November 2015

Cepat berhenti bekerja, boi!

     Akhir-akhir ini kepala gue diisi banyak alasan mengapa gue harus cepat berhenti bekerja. Gue adalah salah satu orang yang mudah sekali bosan. Bangun, bekerja, pulang. Rutinitas orang kebanyakan. Dan lucunya, gaji per bulan-gue tidak lagi sebanding dengan tugas yang kini gue emban. Minta naik gaji, ah! ha.ha.

     Ingin sekali kegiatan pagi gue tidak lagi dikejar-kejar oleh jam masuk kantor. Kopi atau teh selalu saja tersisa setengah gelas dan kadang lebih. Lagu-lagu kesayangan seperti Padi, Sheila on 7, dan Artic Monkeys tidak sampai khatam diputar. Makan dan minum si Boi sering lupa gue siapkan. Sering si Boi mencaci-maki gue habis-habisan saat gue baru saja pulang dari kantor.  "Kampret lw, gue gak dikasih makan", sumpah si Boi dalam kicauannya. Boi adalah nama burung kenari gue yang dibeli dari Mas Ato. dan Mas Ato sendiri adalah teman kerja gue yang tidak lain adalah penjual aneka macam burung peliharaan.

Sabtu, 07 November 2015

Yang berbahaya dari menurunnya minat baca adalah: meningkatnya minat berkomentar - @zenrs

Hilang sudah kantukku setelah aku mengikhlaskan Sabtu siang-ku habis dimakan ranjang kasur.

Dan belum juga benar-benar sadar; pikiran-ku tiba-tiba melayang ke rak buku. Ternyata masih banyak buku di sana yang belum aku baca. Niatku, sebelum tahun 2015 ini berakhir, aku harus, wajib dan kudu selesaikan semua buku itu.

  • Padang Bulan - Andrea Hirata 
  • Muhammad (Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik) - Martin Lings (Abu Bakr Siraj al-Din) ; Buku minjam sama Abang Evan 
  • Poirot Melacak - Agatha Christie ; Buku minjam sama Abang Royhan 
  • Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh - Dee Lestari 
  • Breaking Night - Liz Murray ; Buku minjam sama Abang Royhan lagi 
  • Lupa Endonesia deui - Sujiwo Tejo 
Lumayan ada enam buah buku. Bulan November dan Desember gak usah mampir ke gramedia dulu deh!

Mari membaca, kurangi berkomentar :)

Jumat, 06 November 2015

Gotong royong ala eyang Pramoedya Ananta Toer

Awal bulan November ini, aku kembali membaca novel karya Pramoedya yang lain. Setelah, Bukan Pasar Malam. Kini, aku menyelami Sekali Peristiwa di Banten Selatan. Novel ini adalah hasil reportase singkat Pramoedya di wilayah Banten  Selatan. Wilayah yang subur tetapi masyarakatnya miskin. Aneh? Iya.

"Aku sudah bosan takut. Sudah bosan putus asa" adalah kalimat pertama yang tertulis di novel ini. Adalah sikap Ratna yang tidak pernah menyerah menghadapi kekejaman, kesewenang-wenangan Juragan Musa.

Novel ini menghidupkan kembali sifat tolong-menolong dalam kegiatan gotong-royong melawan penjajahan yang dilakukan manusia tetapi berprilaku sepeti binatang buas.

Jadi, penting untuk pemuda zaman sekarang membaca buku ini!

Cover jadul :)

Minggu, 18 Oktober 2015

Pramoedya Ananta Toer - Bukan Pasar Malam

Buku pertama karya eyang Pramoedya Ananta Toer yang saya beli adalah "Bukan Pasar Malam". Sebenarnya banyak sekali buku eyang Pram yang saya ingin beli. Bumi Manusia, Rumah Kaca, Arok Dedes dll. Hanya saja keuangan bulan ini kurang memadai.

Setelah membaca roman ini, saya mengagumi ideologi penulis yakni pramisme (haha) yaitu paham yang hanya berpihak pada keadilan, kebenaran, dan kemanusiaan.

Pramoedya Ananta Toer (lahir di BloraJawa Tengah6 Februari 1925 – meninggal di Jakarta30 April 2006 pada umur 81 tahun). Selengkapnya bisa dikunjungi alamat ini https://id.wikipedia.org/wiki/Pramoedya_Ananta_Toer atau http://pelitaku.sabda.org/11_fakta_mengenai_pramoedya_ananta_toer dan http://profil.merdeka.com/indonesia/p/pramoedya-ananta-toer/. 



Buku ini pertama kali diterbitkan tahun 1951 dan pada tahun 1965 sempat dilarang beredar oleh pemerintah. Tokoh utama dalam kisah ini adalah 'Aku' yang tidak lain adalah eyang Pram sendiri. Eyang Pram menggambarkan kehidupan pasca kemerdekaan yang hanya memberikan keluasaan bagi pejabat pemerintah memperkaya diri sendiri tetapi masyarakat desa khususnya Blora tetaplah miskin dan terpinggirkan (Masih terjadi sampai saat ini).
 
Berikut alamat sinopsis dan analisa roman Bukan Pasar Malam: http://nur-baeti.blogspot.co.id/2014/06/analisis-novel-bukan-pasar-malam-karya.html dan http://senandungpelayaran.blogspot.co.id/2014/11/politik-dalam-roman-bukan-pasar-malam.html


Jumat, 16 Oktober 2015

Papandayan 2015

Tulisan ini aku tulis karena ke-khawatiranku.
Kecemasan dan ketakutanku.

Aku melihat serta sahabatku, Riki dan Rafi melihat.
Ada beberapa pendaki yang terlihat sengaja membakar pohon-pohon dikanan-kiri jalan menuju Gunung Papandayan.

Saat memotret kejadian pembakaran itu dari dalam mobil.
Beberapa pendaki marah dan menyuruh kami untuk terus melaju maju.

Kami tak menghiraukan, aku tetap memotret pembakaran itu.
Ini gila, kataku!

Mereka, hanya menyamar sebagai pendaki.
Tetapi sebenarnya, mereka-lah pelaku pembakaran itu.

Jadi, seperti ini-lah, kondisimu kini.
Kondisimu, Indonesia.










Selasa, 29 September 2015

Bidadari

Sepengetahuanku, bidadari hidup dikhayangan.
Jauh dari bumi yang aku pijak saat ini.
Dongeng-dongeng ayahku-pun seperti itu.
Akan kita temui bidadari di surga Allah nanti.

Ternyata, satu cerita dongeng ada salah juga.
Tak pernah diduga bumi ini sekalipun.
Satu Bidadari kesasar tak tahu jalan kembali.
Jauh dari khayangan.

Aku mencoba mendekati.
Bidadari berkerudung bingung itu.
Telat, aku telat.
Bidadari itu sudah dimiliki pria bumi lain.

Aku berlari 
Jauh dari bumi, jauh dari khayangan.
Aku ingin ke surga.
Sekarang! pintaku kepada Ayah.

Ayah bingung.
Ada apa nak? kamu menangis?
Bidadari aku diambil orang. Tolong aku, ayah!
Berdoa-lah pada Allah!
Pinta kepada-Nya!
Apa mau-mu itu. 
Sekarang!

Cibitung, 29 September 2015.




Minggu, 27 September 2015

9 Gallery

Aku mulai merasa bosan dengan keseharianku. Bangun pagi dan tak lupa minum secangkir kopi atau teh manis hangat yang ditambah dengan sedikit memaksa Matt Belamy atau Adam Levine bernyanyi sampai pukul 7.28 wib. Setelah semuanya siap, aku berangkat kerja dengan mengendari motorku yang telah aku sematkan nama kuda kepadanya. Sampai kantor pasti tidak kurang dari pukul 7.40 atau telat sepuluh menit dari seharusnya. Datang terlambat adalah ritual wajib bagiku dan sebagai 'hadiah'nya gajiku dipotong 300 ribu per bulannya. Aku anggap itu adalah sedekah dariku agar kantorku punya pemasukkan tetap sebesar itu tiap bulannya.

Jam pulang kerja kira-kira pukul 16.30. Setelah sholat ashar di musholla kantor aku hampiri sikuda dan mengajaknya pulang ke kosan. Kira-kira seperti itu satu setengah tahun terakhir milikku. Jenuh.

Harus ada yang aku ubah, teriak suara dari hati. Pertama aku mulai banyak membaca buku. Mulai dari novel, kumpulan puisi, bahkan modul kuliah aku baca kembali. Ternyata hobi ini mampu membuka pikiranku lebih luas. Aku mulai mengenal penulis hebat seperti Eyang Sapardi, Dewi Lestari, Aan Mansyur, Tere Liye, Pidi Baiq, Zarry Hendrik, Asma Nadia, Sudjiwo Tejo, atau bahkan Almarhum Pramoedya. Rak buku-ku berpenghuni kini.

Setelah buku aku jadikan jalan keluar atas kejenuhan ini. Aku mulai menambahkan kegiatan outdoorku. Aku kembali aktif mendaki gunung bersama sahabat baikku dionion kids yang semoga selalu dirahmati oleh Allah SWT (Amiin). Aku membeli sepeda gunungnya Mas Oki karena butuh uang katanya dan juga membeli kamera dslrnya Mas Riki karena butuh uang untuk bayar pajak mobil dan terakhir tanpa direncana aku membeli gitar saat mencari buku digramedia mall metropolitan Bekasi.

Saat membaca buku yang saat menulis ini aku lupa namanya, aku terinspirasi untuk menjadi seorang pengusaha. Istilah saat ini  enterpreneur. Aku mengajak satu teman kerjaku untuk bebisnis. Bisnis kreatif. Aku tawarkan ide bisnis dariku. Memang belum menjanjikan keuntungan besar tetapi syukur Alhamdulillah temanku menerimanya. Aku dan temanku menamakan bisnisku 9 Gallery yang terinspirasi dari @9gag

Lain waktu akan aku ceritakan perkembangan bisnisku ini.





Sabtu, 26 September 2015

Kamu, Satu Inspirasi Pada Zaman Ini

Tidak disengaja aku menemukan akun path seorang wanita yang dari namanya membuat aku penasaran ingin mengenalnya. Entah apa alasannya mungkin karena pada akunnya dia berteman dengan teman kuliahku, Rona dan Helmy.

Aku mulai mencari informasi tentangnya menggunakan mesin pencari. Mesin ini membawaku ke blog tumblr miliknya. Setelah membaca beberapa halaman blognya, aku mulai menyukai kepribadiannya. Dia adalah Kartini atau Cut Nyak Dien bagi dirinya.

Dua hari libur kerjaku, aku habiskan menjadi penonton penggalan kisah masa lalunya. Dari blognya, aku tahu bagaimana dia akrab dengan lautan yang diberi nama biru atau kelincahannya bermain gitar yang dinamai kurt oleh temannya. Hebat dalam membuat puisi, mencintai sastra Indonesia yang sekarang ini aku mulai gemari. Lebih dari itu aku kagum akan  idealismenya, aku sedikit merinding membaca pesan dari dia. "Apapun pekerjaan kalian nanti, bantu-lah petani-petani kita". Para petani membutuhkan kita, lulusan kampus ternama, Institut Pertanian Bogor. Jangan terlalu jauh dari dunia pertanian, tulisnya.

Dibagian blognya, ada tulisan yang membuat aku tertawa, bagaimana bisa perut dia panas, setelah minum sedikit kopi.

Dibagian blog yang lain, aku merasa terharu dan sedih. Dia tumbuh tanpa seorang ibu dan ayah disampingnya. Tetapi semua itu mampu dia lewati. Sekarang dia adalah spesies baru di bumi ini, dibelakang namanya  sudah ada gelar Sp. Hebat.

Sepertinya cukup menggambarkan kekagumanku akan dirinya. Takut salah tulis.
Terima kasih sebelumnya.

*Aku menulis dengan mendengarkan soundclould miliknya. Kamu wanita hebat, Jarang kutemui wanita sepertimu pada zaman sekarang ini.

Sabtu, 20 Juni 2015

Ibadah hati

Hari ini tepat hari ketiga bulan ramadhan. Aku sengaja membaca buku Ibadah Hati karya Dr. Muhammad Musa al Shareef.

Ada kutipan menarik yang ingin saya bagikan kepada pembaca blog ini, "Hati yang hidup adalah hati yang mengingat nikmat Allah, orang yang hatinya mati adalah orang yang mati sebelum waktunya".

Kamis, 18 Juni 2015

Tiada Ojek di Paris

Hari minggu, satu minggu yang lalu, 14 Juni, jam 18.30 sampai 22.00, aku berada di mall metropolitan, Bekasi. Ada satu buku puisi yang sedang aku cari sebulan ini. "Melihat Api Bekerja" judul kumpulan puisi karya Aan Mansyur. Aku pengagum karyanya.

Sama seperti yang aku alami di gramedia Matraman, buku itu tak aku temui.
Sebagai gantinya, aku membeli "Tiada Ojek di Paris", dari sinopsis yang aku baca dibelakang cover buku, sepertinya ini buku humor, tebakku.

Minggu, 04 Januari 2015

kembali ke akar hobi : membaca

Setelah beberapa bulan kemarin disibukan oleh persiapan menjadi supervisor produksi. Akhirnya, saya dapat juga mencuri waktu pergi ke gramedia.

Bulan Januari sudah siap dengan 5 buku bacaan. Mudah-mudahan bermanfaat.



Mari membaca kawan.