JAKARTA - Ketersediaan air bersih belum mencakup seluruh daerah di Tanah Air, hal ini disebabkan karena tidak meratanya pengelolaan air bersih di sejumlah daerah.
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dan perkembangan wilayah serta industri juga merupakan kendala tersendiri dalam penyebaran air bersih. Belum lagi teknologi terbaru yang mengembangkan pengolahan air bersih seperti teknologi nano, masih tebilang terbatas lantaran hanya bisa dilakukan di laboratorium dan memakan biaya yang mahal.
Bedasarkan kondisi tersebut, tim peneliti mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat sebuah terobosan teknologi sederhana dan terjangkau untuk membantu mengatasi masalah ketersediaan air bersih ini.
Sesuai siaran pers dari Humas IPB, Rabu (13/7/2011), tim peneliti yang terdiri dari Hanifah Fauziah, Ilfa Nuraisyah, Nurul Ichsan, dan Guslina Isriany, di bawah bimbingan Deden Saprudin menggunakan karat besi sebagai bahan penjernih air melalui teknologi nano-material.
Mengenai penggunaan karat besi sebagai nano-material, pembimbing tim peneliti IPB, Deden Saprudin mengatakan, karat besi selain harganya murah, bisa ditemukan di mana saja,” ujar Deden saat dihubungi okezone, Kamis (14/7/2011).
Karat besi dimanfaatkan sebagai prekursor sintetis magnetit yang dapat mengurangi biaya sintesis magnetit pada umumnya karat sudah berbentuk besi oksida. Kemudian untuk mendapatkan ukuran nanometer, ditambahkan asam lemak yang berasal dari minyak goreng. Dengan demikian, magnetit berukuran nano berhasil disintetis dari karat besi dan surfaktan berbasis minyak goreng dalam skala rumah tangga.
“Bedasarkan uji Scanning Elektron Mikroskop (SEM), permukaan elektromagnetik mampu mendukung proses penyerapan yang disebabkan partikel mengalami keterpisahan yang baik melalui permukaan gabus,” lanjut Deden.
Dari hasil tersebut, nanomagnetit mampu mengurangi kekeruhan air dari 8.000 ppm materi tersuspensi menjadi 2.054 ppm dengan kapasitas penyerapan 369,5 mg/g. Bahkan, sampel air dari Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat berhasil diturunkan kekeruhannya dari 16.276 ppm hingga 2.177 ppm.
Penelitian yang didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini, tambah Deden, direncanakan untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa (Pimnas) yang akan diselenggarakan di Makassar. “Kami tidak sendiri, IPB akan mengirimkan 13 tim peneliti yang didanai Dikti untuk mengikuti ajang bertaraf nasional tersebut,” imbuhnya. (rhs)
Pertumbuhan penduduk yang meningkat dan perkembangan wilayah serta industri juga merupakan kendala tersendiri dalam penyebaran air bersih. Belum lagi teknologi terbaru yang mengembangkan pengolahan air bersih seperti teknologi nano, masih tebilang terbatas lantaran hanya bisa dilakukan di laboratorium dan memakan biaya yang mahal.
Bedasarkan kondisi tersebut, tim peneliti mahasiswa dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) membuat sebuah terobosan teknologi sederhana dan terjangkau untuk membantu mengatasi masalah ketersediaan air bersih ini.
Sesuai siaran pers dari Humas IPB, Rabu (13/7/2011), tim peneliti yang terdiri dari Hanifah Fauziah, Ilfa Nuraisyah, Nurul Ichsan, dan Guslina Isriany, di bawah bimbingan Deden Saprudin menggunakan karat besi sebagai bahan penjernih air melalui teknologi nano-material.
Mengenai penggunaan karat besi sebagai nano-material, pembimbing tim peneliti IPB, Deden Saprudin mengatakan, karat besi selain harganya murah, bisa ditemukan di mana saja,” ujar Deden saat dihubungi okezone, Kamis (14/7/2011).
Karat besi dimanfaatkan sebagai prekursor sintetis magnetit yang dapat mengurangi biaya sintesis magnetit pada umumnya karat sudah berbentuk besi oksida. Kemudian untuk mendapatkan ukuran nanometer, ditambahkan asam lemak yang berasal dari minyak goreng. Dengan demikian, magnetit berukuran nano berhasil disintetis dari karat besi dan surfaktan berbasis minyak goreng dalam skala rumah tangga.
“Bedasarkan uji Scanning Elektron Mikroskop (SEM), permukaan elektromagnetik mampu mendukung proses penyerapan yang disebabkan partikel mengalami keterpisahan yang baik melalui permukaan gabus,” lanjut Deden.
Dari hasil tersebut, nanomagnetit mampu mengurangi kekeruhan air dari 8.000 ppm materi tersuspensi menjadi 2.054 ppm dengan kapasitas penyerapan 369,5 mg/g. Bahkan, sampel air dari Gunung Batu, Bogor, Jawa Barat berhasil diturunkan kekeruhannya dari 16.276 ppm hingga 2.177 ppm.
Penelitian yang didanai oleh Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) melalui Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini, tambah Deden, direncanakan untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa (Pimnas) yang akan diselenggarakan di Makassar. “Kami tidak sendiri, IPB akan mengirimkan 13 tim peneliti yang didanai Dikti untuk mengikuti ajang bertaraf nasional tersebut,” imbuhnya. (rhs)
sumber: http://kampus.okezone.com/read/2011/07/14/372/479669/manfaatkan-karat-besi-sebagai-bahan-penjernih-air
Subhanallah, dari judulnya aja gw udah yakin, yang kayak bgini nih anak kimia jagonya. Ahseek.
Gmana ga jago, coba? Dari karat besi, sekali lagi "karat besi". Bisa digunakan untuk menurunkan kekeruhan air, signifikan lagi, yang awalnya 16 ppm berkurang menjadi 2 ppm. Hebat ga sih? Pastinya, dan kita semua masyarakat Indonesia berharap hasil penelitiannya bermanfaat untuk kemajuan bangsa ini. Amin.
Bener-bener salut deh, bwat Hanifah, Ilfa, Ihsan dan Guslina. Semoga mendapatkan yang terbaik ya di makassar, sana. Amin.
Satu lagi, nanti kalo sudah sampai makssar, jangan ikut" demo ya. hehe ..
Satu lagi deh, nanti kalo pulang jangan ga inget, ribet amat bahasanya, maksudnya jangan lupa bawa oleh" ya. hehe ..
amiin,,, thx y jar bwt publikasi gratisnya,,, hhee
BalasHapusiya, sama" hanifah.
BalasHapussukses ya.