Saya Fijar Hajianto, akrab disapa Fijar. Kebanyakan dari kita semua, memulai dunia pendidikan dari taman kanak-kanak, tetapi tidak sedikit dari bangku sekolah dasar. Di taman kanak-kanak tepatnya di TK Al-Badar, saya masih ingat sekali, selama setahun tawa, canda, riang gembira selalu menyelimuti bahkan melekat dihari-hari saya. Setelah melewati masa taman kanak-kanak, tiba saatnya saya mengenakan baju merah-putih, baju kebanggaan semua sekolah dasar di negeri ini, warna kebesaran sang saka merah-putih. Tidak jauh berbeda dengan masa taman kanak-kanak, hampir setiap hari rasa senang, suka cita, dan bangga saya rasakan bersama teman-teman saya di sekolah dasar islam Al-Badar.
Namun seiring berjalannya waktu, tepatnya saat ujian akhir nasional SMA semua “bekal” yang sudah diberikan oleh guru-guru saya terbang menjauh, menjauh dari tubuhku. Saya mulai berbuat curang, membohongi diri saya, membohongi keluarga saya, membohongi guru saya, dan kalau disadari lebih dalam saya telah membohongi negeri ini.
Saat saya tidak percaya dengan kemampuan saya, saat saya tidak lagi mensakralkan kejujuran, saya menerima ajakan teman saya untuk mencontek di UAN. Dan hasilnya-pun benar, nilai-nilai saya bagus sekali, saat itu, saya merasa senang , saya merasa, saya benar-benar hebat. Tetapi semua nilai-nilai itu hanyalah angka, Angka yang saya peroleh terlalu tinggi untuk ilmu yang telah saya dapatkan di bangku sekolah, saya menyadari ini mungkin kesalahan saya pribadi, saya tidak menginginkan menyalahkan orang lain, mungkin “bekal” saya yang tersisa hanya kesadaran diri.
Kini saya duduk di bangku kuliah, dimana arus pergaulan sangat hebat sekali, ketika saya tidak kuat bertahan dengan “bekal” saya, mungkin saya kini tenggelam di dasar kegelapan. Kembali mengulangi perbuatan jahat, mungkin tidak lagi hanya mencontek, tetapi banyak lagi. Saya di IPB mendalami ilmu kimia, bukan hanya saya, tetapi banyak teman-teman saya se-Indonesia belajar di sini. Satu teman saya yang sangat saya kagumi, beliau benama DEVI RAHAYU, saya kagum dengan kesungguhannya, dengan kejujurannya, dengan kepintarannya. Saya sangat kagum, di kelas saya, saya sangat paham, saya sangat tahu, kejujuran, tidak dapat hidup lama. Kejujuran telah mati di kelas ini, kadang saya berujar untuk diri saya sendiri,
TIDAKLAH MAMPU MEREFORMASI INDONESIA, HANYA BERHARAP DARI ILMUWAN GADUNGAN”.

@pintu masuk Kimia IPB, Bogor
Saya bukanlah Devi Rahayu, tetapi saya Fijar Hajianto, yang kini memiliki nilai tidaklah tinggi, tetapi saya masih memiliki “bekal” kejujuran dan kesungguhan, karena saya sangat mengerti, Indonesia banyak memiliki orang-orang pintar tetapi tidak jujur, inilah yang saya yakini Indonesia sulit maju, Indonesia membutuhkan orang-orang JUJUR. Indonesia selalu menunggu dan memberikan yang terbaik untuk orang-orang jujur.
Teman kuliahku, Devi Rahayu
TETAP SEMANGAT UNTUK ORANG-ORANG YANG MENJUNJUNG TINGGI
KEJUJURAN, INDONESIA MENUNGGU
KEJUJURAN, INDONESIA MENUNGGU