Kamis, 14 Januari 2021

Deviden 2021 terbang tinggi

Tahun 2020 sudah berakhir. Tahun yang relatif berat untuk kita semua karena pandemi corona ternyata belum jua usai.

Habis gelap terbitlah terang, ini tagline yang pas untuk tahun 2021. Semoga pandemi segerai berakhir, semua lini segera recovery, pulih,dan maju secepatnya. Aamiin ya Allah.

Salah satu resolusi yang ingin gue capai ditahun 2021 yakni pendapatan deviden per tahun gue dikisaran tiga juta rupiah. Angka yang cukup besar buat gue karena ditahun 2020 deviden yang gue terima hanya 11.655. Yes, sebelas ribu enam ratus lima puluh lima. Deviden yang gue dapat dari emiten KLBF dan SIDO.

Jadi kalau target ini tercapai maka kenaikan deviden gue dari tahun 2020 ke 2021 sebesar (3.000.000/11.655) = 257.4. Lonjakan yang sangat fantastis. Dua ratus lima puluh tujuh kali lebih besar. Semoga ini tercapai. Yok bisa yok! 



Beberapa emiten yang gue simpan masuk kedalam IDX HD 20 yaitu TLKM, ASII, PTBA, PGAS, dan KLBF. Karena belum cukup berani memiliki lebih dari satu saham tambang gue pilihlah PTBA karena ini perusahaan BUMN. I love BUMN.

IDX HD20 adalah kumpulan 20 saham dengan deviden relatif tinggi atau besar.

Mungkin ditahun 2022, kenaikan deviden gue dikisara 1,5-2 dari tahun 2021. Semangat kakak!

Note : Semua investasi gue baik direksadana maupun emas digital sudah semua gue pindah ke saham. Karena satu alasannya. DEVIDEN. 

Jumat, 06 November 2020

Deviden Pertama Bisa Beli Bakso Semangkok

Alhamdulillah, hasil bagi keuntungan  emiten SIDO atau Sidomuncul akan dikirim pada tanggal 18 Nov 2020. Besar dediven yang dibagikan yakni 12,5 rupiah per lembar saham.

Per tanggal 2 Nov 2020 yang merupakan batas akhir pencatatan yang berhak mendapatkan devide atau dikenal dengan Cum Date, gue memiliki 7 lot atau 700 lembar sehingga gue berhak mendapatkan uang sejumlah 700 lembar X 12,5 rupiah sebesar 8.750 rupiah. Lumayan bisa beli bakso semangkok, wkwkw.


Kamis, 29 Oktober 2020

Ini emiten yang bikin gue yakin menjadi investor! BRIS.

Pembelian produk pertama gue didunia investasi adalah reksadana, itupun hanya RDPU, reksadana pasar uang yang merupakan produk investasi dengan resiko dan return relatif rendah. Kalau dihitung pertahun returnnya dikisaran 6-8%. Better than deposito.

Satu-dua bulan kemudian setelah cukup paham dengan reksadana, gue coba lagi beli produk dengan resiko dan return relatif medium yakni RDO (reksadana obligasi), kalau untuk syariahnya namanya Sukuk.

Setelah yakin dan semakin mengerti gue tambah dua produk RDS (reksadana saham). So total produk reksadana yang gue punya empat.

Kira-kira bulan Maret atau April saat IHSG (indeks Harga Saham Gabungan) anjlok terjun bebas dari kisaran 6.000-an ke 3.500-an. Ditambah lagi informasi dari youtube channel Feliciaputri yang bilang, "kalau sudah berani dan paham dengan resiko investasi, ya langsung aja invest saham"! Karena reksadana gak bisa bikin kamu kaya, hahaha. TOP

Gue yang belum banyak paham tentang saham, cuma bisa ngangguk-ngangguk saat influencer saham bilang ayo investasi, harga saham sekarang lagi diskon besar-besaran.

Sedikit demi sedikit, selot demi selot gue kumpulin lembaran kepemilikan dari emiten-emiten pilihan gue.  Total ada 7 emiten yang gue punya saat ini, hampir 75% dari sektor consumer goods, ada Sidomuncul (SIDO), Ultra Jaya (ULTJ), Mayora (MYOR), Kalbe Farma (KLBF), & CLEO. Why? Karena background kantor gue juga dari sektor FMCG jadi gue lumayan paham dengan bisnis ini.

Diawal belajar saham, ada istilah diversifikasi. Misal, selain consumer goods, coba juga invest disektor perbankan, pertambangan, pertanian, basic chemistry, nasehat para influencer seperti itu. Jadi kalau sektor FMCG anjlok ada balancing dari sektor lain.

Nah, gue pilih lah perusahaan telekomunikasi indonesia (TLKM) & Perusahaan Gas Negara (PGAS). Alasan gue satu, mereka penguasa nomor satu dibidangnya masing-masing. Ditambah lagi kedua perusahaan itu milik negara, ya relatif aman dari delisting atau bangkrut.

Planning gue, biar gak terlalu repot untuk memanage porto saham gue, gue berencana hanya membeli 10 emiten. 3 lagi masih waiting list, menunggu moment tepat buat masuk.

Tiga pilihan saham lainnya, pertama Astra Motor (ASII)

 

sumber: google (29 Okt 2020)

Alasannya, Astra adalah perusahaan besar dengan kapasitas pasar 219 T istilah lainya blue chip. Walaupun trend grafiknya sideways kurang begitu uptrend, Astra ini sangat loyal membagikan deviden (keuntungan perusahaan) kepada pemegang sahamnya. So, ya gue cicil lah dikit-dikit. Walaupun harga per lotnya cukup besar bagi gue 500-600rb, wkwkwk.

Kedua, PT. Ekadharma International dengan kode saham (EKAD), perusahaan manufaktur perekat/lakban. Kalau dilihat dari grafik di bawah ini, grafik bergerak naik, jadi cocok untuk investor jangka panjang. Ada untung dari capital gain dan bonus deviden. Mantap.

 sumber: google (29 Okt 2020)

Nah ini yang terkahir, Ketiga, saham fenomenal diakhir tahun 2020. BRIS atau  BRI Syariah. Banyak influencer investor bilang sektor yang relatif aman dipasar modal Indonesia adalah perbankan karena berisi perusahan dengan market cap yang sangat besar, sebut saja bank BCA (BBCA), bank Mandiri (BMRI), bank BNI (BBNI), bank BRI (BBRI), karena preferensi gue adalah saham syariah so gue gak bisa beli saham-saham perbankan tersebut. Alternatif pilihan perbankan syariah kalau tidak salah saat ini hanya BRIS dan BTPS (Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah). CMIIW.

Gue sempet pengen masuk di BRIS (BRI Syariah),  saat harga masih dikisaran 400-500 per lembar. Sayang banget itu gak jadi dan tahu sekarang berapa harga saham per lembarnya? 1.235/lembar. Bahkan sempat nyentuh harga 1.500-1.600/lembar. Gila! Naik hampir 1000%. Jadi kalo gue invest 10jt bisa jadi 100jt dalam waktu kurang dari 6 bulan.

 

Sumber : RTI Bisnis (29 OKt 2020)

Jadi gue coba hitung, misal kita beli sejumlah 1, 10, 100, 1000, 10000 lot saham BRIS pada harga terendah 135/lembar pada bulan April dan menjualnya pada bulan Oktober dengan harga 1.350/lembar. Berapa keuntungan yang didapat?


dari hitungan gue, keuntungan bisa sampai 1000% bahkan lebih karena pernah menyentuh harga 1.500/lembar. Gila. Misal gue invest 1 juta bisa dapet 10jt. Kalau gue invest 100jt bisa punya duit 1 miliar gue. haha. Tentu keuntungan besar ini dibarengi dengan resiko yang besar juga. High risk high return. Walaupun modal masih receh, tapi mental harus yakin, wkwk.

Kalau saja gue punya saham yang udah return sebesar ini, buru-buru gue pindah ke RDPU. Lebih aman, wkwk. Jadi gak cuma floating profit langsung action take profit. Karena gue yakin harga bakal cepat terkoreksi kembali sebab ini naik karen hanya isu akan adanya merger bank syariah nasional.

Dari peristiwa ini gue semakin yakin, benar kata LKH harta karun itu bukan di dasar laut tetapi dipasar modal. So, take action guys! Mari sama-sama belajar, mumpung masih banyak waktu dan modal, agar masa tua gak bikin repot anak cucu. Haha. Aamiin.

Gue akan coba masuk BRIS saat harga dikisaran 700-800 perak per lembar, lebih aman. Gak capek buat average down, wkwkw.

See you guys,

Cheers!

Fijar Hajianto

29/Oktober/2020